Sunday, October 30, 2016

Sesi Berbagi bersama Kak Berliana Febrianti: Hijrah

Assalamu’alaikum Dear Sisterfillah,


Pada acara Syar’i Lifestyle Anniversary yang lalu, kami berkesempatan untuk mengobrol dan mendengarkan sharing dari Kak Berliana Febrianti, seorang figur publik yang kita kenal melalui layar kaca di era 90an. Kak Lia, begitu panggilan akrabnya, berbagi mengenai konsep hijrah menurut pandangannya dan upayanya agar selalu istiqomah. Berikut adalah catatan kecil hasil sharing dengan Kak Lia. Semoga berguna ya, Sisterfillah.




“Buat saya pribadi, hijrah itu (adalah) proses”

Sisterfillah, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan hidayahnya melalui berbagai cara. Untuk Kak Lia sendiri, keinginan untuk menjadi muslimah yang lebih baik di hadapan Allah hadir dari kesadarannya akan ujian nikmat dunia yang telah diterimanya dari Allah selama ini. Dalam menjemput hidayah, diperlukan pula upaya kita. Seperti pengalaman Kak Lia, semakin ia menekan egonya, maka hidayah dan kemajuan proses berhijrahnya semakin terlihat. Hijrah yang dialami Kak Lia merupakan sebuah proses belajar yang terus menerus, karena menurutnya proses belajar dan memperbaiki diri baru berhenti jika seseorang telah dipanggil oleh Rabbnya.


Hijrah diawali dengan perubahan pola pikir yang didasari oleh kesadaran penuh akan pertanggungjawaban terhadap Allah di kemudian hari. Sebagaimana yang dilakukan Kak Lia dalam dunia karirnya, ia memilih untuk melepas dunia layar kaca demi menggapai ridha Allah. “Saya lebih baik menghindar karena saya takut tergoda dengan hal-hal yang kurang bermanfaat. Saya bersyukur saat ini punya banyak waktu untuk membersamai titipan Allah pada saya, prioritas saya, yaitu anak-anak saya,” begitu tutur Kak Lia. Anggapan awal bahwa kebahagiaan adalah mendapatkan hal duniawi bergeser menjadi harapan untuk mendapatkan ridho Allah. Menurut Kak Lia, lebih baik tidak dikenal di dunia tetapi dikenali penduduk surga dan penghuni langit, daripada sebaliknya.


Dalam proses berhijrah, bukan berarti tak ada halangan selama perjalanan. Namun Kak Lia mengingatkan, selama kita berada di jalan yang telah Allah tunjukkan, tidak perlu takut dan yakinlah bahwa ada hikmah di balik halangan yang ditemui. Seperti pengalaman Kak Lia dengan usaha restorannya. Ketika ia dan suaminya berupaya untuk menegakkan aturan Allah dalam usahanya, maka Allah bukakan pintu rejeki dari arah yang lain. Sebagai bonusnya, karyawan yang dipekerjakan lebih merasa tentram karena tidak melanggar perintah Allah, bahkan menarik minat pekerja lain yang ingin berhijrah untuk bergabung dalam usahanya.


“Walaupun kita beramal sekian lama (namun) ketika di akhirnya malah kita berada di jalan yang tidak benar, justru itulah (yang menjadi) amal terakhir kita”
Berdasarkan salah satu hadits Shahih Bukhari, “Sesungguhnya suatu amalan itu tergantung dari akhirnya”, maka seseorang telah mendapatkan hidayah tetap perlu menjaga imannya agar hidayah tidak diambil kembali oleh Allah. Untuk menjaga keimanan, diperlukan sistem pendukung yang baik. Salah satunya, teman yang baik. Menurut Kak Lia, pertemanan yang baik adalah yang saling menjaga dan mengingatkan dalam ketaatan. Sebagaimana hadits riwayat Abu Daud dan Tirmidzi yang dishahihkan oleh Syaikh Al Albani, “Agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya”.

Selain itu, Kak Lia mengingatkan untuk selalu melibatkan Allah dalam keseharian, termasuk dalam berkarya. Tanamkan dalam diri, bahwa kita tidak berdaya tanpa adanya pertolongan Allah. Terutama untuk urusan pekerjaan, saat ini Kak Lia terlebih dahulu mempertimbangkan untung dan rugi dari setiap langkah yang akan diambil. Untung dan rugi yang dimaksud adalah dampak dari keputusan yang akan diambil, dengan pertanggungjawaban bukan hanya terhadap Allah, tetapi juga keluarga dan lingkungan sekitar.


Seperti yang tertulis di dalam QS Fushilat:30-32, beruntunglah orang yang istiqomah di jalan Allah karena malaikat akan menjaganya. Namun, Menjaga keimanan tidak selalu mulus. Ada saatnya godaan untuk berpaling kepada hal duniawi datang kepada kita. Kalau sudah begini, Kak Lia berusaha mengingat perkataan salah seorang ulama terkemuka, Al Hasan Al Basri, “Apabila engkau melihat seseorang mengunggulimu dalam masalah dunia, maka unggulilah dia dalam masalah akhirat”. Untuk penjagaan iman dari Allah, Kak Lia selalu berdoa “Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala diinik” yang artinya ‘Wahai Zat yang membolak-balikkan hati teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu’ (HR. Tirmidzi, Ahmad, Hakim, dishahihkan oleh Adz Dzahabi).

Tidak perlu takut kehilangan rezeki karena berhijrah
Sisterfillah, dari perjalanan hijrah Kak Lia, kita dapat mengambil pelajaran pentingnya mengutamakan ridha Allah dalam tiap langkah kita, termasuk dalam berkarya. Kita tidak perlu takut kehilangan rezeki karena berhijrah. Ingatlah Sisterfillah, yang mengatur rezeki adalah Allah. Ia justru akan memilihkan bagi kita rezeki terbaik yang berkah, walaupun itu datang dari arah yang tidak kita duga sebelumnya. Kita harus pandai memilah pekerjaan, jangan sampai talenta yang kita punya digunakan untuk melanggar perintah Allah, justru sebaliknya, manfaatkanlah untuk mengajak orang lain berhijrah.

Love,



SLS Team



Contributor: Paramitha Yanindraputri

Editor: Anisa Muthi’ah

Reference : Sharing and interview with Berliana Febrianti

Muslim or id

Sahih Bukhari

HR. Tirmidzi, Ahmad, Hakim, Abu Daud

Al Hasan Al Basri

3 comments: